Bala Rea ini memiliki banyak ruangan dengan fungsinya masing-masing. Antara lain sebagai berikut :
1. Lunyuk Agung, terletak di bagian
depan. Merupakan ruangan tempat dilangsungkannya musyawarah, resepsi,
dan serangkaian kegiatan penting lainnya.
2. Lunyuk Mas, adalah ruangan khusus
bagi permaisuri, para isteri menteri dan staf penting kerajaan ketika
dilangsungkan upacara adat. Letaknya bersebelahan dengan Lunyuk Agung.
3. Ruang Dalam sebelah barat, terdiri
dari kamar-kamar yang memanjang dari arah selatan ke utara sebagai kamar
peraduan raja (Repan) yang hanya di sekat kelambu dengan ruangan
sholat. Di sebelah utara Ruang Dalam merupakan kamr tidur Permaisuri
bersama dayang-dayang.
4. Ruang Dalam sebelah timur, terdiri
atas empat kamar, diperuntukkan bagi putra/putri Raja yang telah berumah
tangga. Di ujung utaranya adalah letak kamar pengasuh rumah tangga.
5. Ruang Sidang, terletak pada bagian
utara (bagian belakang) Bala Rea. Pada malam hari ruangan ini digunakan
sebagai tempat tidur para dayang.
6. Dapur terletak berdampingan dengan
ruang perhidangan.
7. Kamar mandi, terletak di luar ruang
induk, yang memanjang dari kamar peraduan raja hingga kamar permaisuri.
8. Bala Bule, letaknya persis di depan
ruang tamu permaisuri (Lunyuk Mas), berbentuk rumah dua susun. Lantai
pertama yang sejajar dengan Bala Rea sebagai tempat putra/putri raja
bermain, sedangkan lantai dua untuk tempat Permaisuri beserta istri para
bangsawan menyaksikan pertunjukkan yang dilangsungkan di lapangan
istana.
Diluar bangunan Bala Rea yang kini
dikenal sebagai Dalam Loka, sebagai kesatuan dari keseluruhan komplek
Istana (Dalam), pada zaman dahulu masih terdapat beberapa bagian penting
istana, yakni Keban Alas (kebun istana), Bala Buko (gapura) tembok
istana, Bale Jam (rumah jam), tempat khusus diletakannya lonceng
kerajaan.
Sejak dibangunnya istana baru, pada
tahun 1932 (istana kerjaan yang sejak tahun 1954 difungsikan sebagai
rumah dinas “Wisma Praja” Bupati Sumbawa), keadaan Bala Rea sebagai
bangunan utama dari komplek istana dalam loka, sudah tak layak ditempati
dan mulai ditinggalkan keturunan kerjaan sebagai penghuninya sehingga
terlantar begitu rupa. Maka tak heran bila ketika mulai dipugar kembali
oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan pada tahun 1979, melalui Proyek
Sasana Budaya-Budaya sejak tahun anggaran 1979/1980 sampai dengan tahun
anggaran 1984/1985 ,kondisinya sedemikian memprihatinkan—semak belukar
menutupi keseluruhan areal Bala rea ini.